Oleh : Drs. Amron Awaludin
Umar anak berumur 10 tahun anak pengusaha sukses di sebuah SD internasional . Di suatu ajang Father's days, anak-anak unjuk potensi di depan ayah-ayahnya . Awalnya si ayah enggan mau hadir , akhirnya datang dan memilih duduk paling belakang, sementara yang lain berebut di depan agar bisa semangati anak-anaknya yg tampil di panggung.
Sumber gambar : http://tahfidz.weebly.com |
Satu persatu anak-anak menampilkan bakat potensi masing-masing, ada yang menyanyi, menari, baca puisi, pantomim, sampai pameran lukisan. Semua mendapat applause yg meriah dari ayah-ayah mereka. Tibalah giliran si Umar dipanggil gurunya untuk menampilkan kebolehannya.
“Miss, bolehkah saya didampingi pak Arief.” pinta si Umar kepada gurunya, pak Arief adalah guru mengaji untuk kegiatan ekstra kurikuler , akhirnya Umar didampingi pak Arif.
“Pak Arief, tolong bapak membuka Kitab Suci Al Qur’an Surat 78 (An-Naba’)” begitu Umar minta kepada guru ngajinya. ” boleh nak.” jawab pak Arief.. “Tolong bapak perhatikan apakah bacaan saya ada yg salah..” lalu si Umar mulai melantunkan QS An-Naba’ tanpa membaca mushafnya (hapalan) dengan lantunan irama ala “Syaikh Sudais” (Imam Besar Masjidil Haram)
“Subhanallah…kamu hafal Surat An-Naba’ dengan sempurna nak…,” Kenapa kamu memilih menghafal Al-Qur’an dan membacakannya di acara ini nak?” pak Arief penasaran.
"Begini …waktu saya malas mengaji ustadz menegur saya sambil menyampaikan pesan Rasul:”Siapa membaca Al Qur’an, mempelajarinya, dan mengamalkannya, maka dipakaikan mahkota dari cahaya pada hari kiamat. Cahayanya seperti cahaya matahari dan kedua orang tuanya dipakaiakan dua jubah (kemuliaan) yang tidak pernah ada di dunia. Keduanya bertanya, “Mengapa kami dipakaikan jubah ini?” Dijawab,”Karena kalian berdua memerintahkan anak kalian untuk mempelajari Al Qur’an.” (H.R. Al-Hakim)… “ustadz ,saya ingin persembahkan “Jubah Kemuliaan” kepada ibu dan ayah saya di akherat kelak, sebagai seorang anak yg berbakti kepada kedua orangnya..”
Semua orang terkesiap dan tidak bisa membendung air matanya mendengar ucapan anak berumur 10 tahun tersebut. Tak kuasa menahan ayah si Umar lari ke panggung langsung bersimpuh sambil memeluk kaki anaknya, ”Maafkan ayah yg selama ini kurang memperhatikanmu, apalagi mengajarimu mengaji…” ucap sang ayah sambil menangis di kaki anaknya…
” Ayah ingin kamu sukses di dunia nak, tapi kamu malah memikirkan “kemuliaan ayah” di akherat kelak, ayah maluuu nak, Syukron ustadz udah ngajarin anakku" ujar sang ayah sambil nangis tersedu-sedu.
> Tak terasa mataku panas dan basah oleh ketukan hati si Umar terbayang dalam anganku anak yang sedang belajar di pondok, terima kasih anakku kalian telah menyiapkan jubah untuk ayahmu ini.
0 Komentar
Terimakasih sudah mengirimkan pesan kepada kami